Perencanaan
Irigasi Sprinkler
Perencanaan yang akurat akan menghasilkan kinerja
jaringan yang optimal sehingga penerapan irigasi sprinkler pada komoditas Tanaman Bernilai Ekonomis Tinggi (TBET)
akan menghasilkan keuntungan yang dapat mengembalikan biaya investasi. Kinerja
irigasi curah yang optimal juga memperhitungkan faktor luas dan kesesuaian
lahan, ketersediaan sumber air (air permukaan atau air tanah) serta jenis
tanaman.
-
Tekanan
air pada irigasi sprinkler:
-
tekanan
rendah (2,0 – 3,5 bar),
-
menengah
(3,5 – 5,0 bar)
-
bertekanan
tinggi (>5,0 bar)
Metode pemberian air dengan pencurah seperti hujan.
Diameter pembasahan sistem irigasi sprinkler berkisar antara 12 sampai dengan
80 meter.
Catatan: 1 bar = 10,15 kolom air
Keunggulan
penggunaan irigasi curah dibandingkan dengan sistem irigasi konvensional
(gravitasi) antara lain:
1.
pengukuran air lebih mudah
dilakukan, efisiensi
penggunaan air yang lebih tinggi,
2.
sistem
penyiraman dapat direncanakan sehingga tidak terlalu mengganggu proses
penanaman dan pekerjaan pertanian yang lain dan
3.
lebih
sedikit lahan produktif yang diambil (karena distribusinya dengan pipa yang
bisa ditanam),
4.
cocok
untuk lahan pertanian jenis tanah bertekstur pasir tanpa menimbulkan masalah
kehilangan air yang berlebihan melalui perkolasi, kondisi tanah tidak bertekstur
liat halus, dengan laju infiltrasi lebih dari 4 mm/jam,
5.
sesuai
untuk lahan-lahan dengan topografi berlereng dan bergelombang tanpa menimbulkan
erosi
6.
serta dapat digunakan untuk keperluan lain di samping memenuhi kebutuhan air
tanaman, seperti untuk pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit.
7. komoditas yang dibudidayakan tidak memerlukan irigasi genangan
Namun kelemahan sistem irigasi curah antara lain:
1.
membutuhkan biaya
investasi dan biaya eksploitasi yang tinggi, misalnya untuk pompa air,
pemindahan pipa-pipa dan perawatan komponen lainnya, memerlukan rancangan
dan tata letak yang teliti,
2.
Pada saat ditribusi air, dipengaruhi
oleh keadaan angin setempat (kecepatan angin kurang
dari 13 km/jam)
Tahapan perencanaan:
- Penentuan Lokasi Dan Jenis Tanaman,
- Kondisi Sumber Air
- Kebutuhan Air Untuk Sprinkler
- Penentuan Jenis Dan Spesifikasi Sprinkler
Head
- Karakteristik Pipa Dan Rancangan Tata Letak Jaringan,
- Perencanaan Penyiraman
- Perhitungan Rancangan Hidrolik
Dan Kebutuhan Tekanan Air (Pressure
Head)
- Penentuan Kapasitas Pompa.
Tabel 1 Daya
menahan air dari berbagai tekstur tanah setiap unit kedalaman
Tekstur
|
Kapasitas menahan air
|
|
Kisaran
(mm/m)
|
Rata-rata
(mm/m)
|
|
Tekstur sangat kasar-pasir
sangat kasar
|
33 – 62
|
42
|
Tekstur kasar – pasir kasar,
pasir halus dan pasir berlempung
|
62 – 104
|
83
|
Tekstur agak kasar – lempung
berpasir
|
104 – 145
|
125
|
Tekstur sedang – lempung
berpasir sangat halus, lempung dan lempung berdebu
|
125 – 192
|
167
|
Tekstur agak halus – lempung
berliat, lempung liat berdebu dan lempung liat berpasir
|
145 – 208
|
183
|
Tekstur halus – liat
berpasir, liat berdebu dan liat
|
133 – 208
|
192
|
Gambut
|
167 – 250
|
208
|
Sumber :
Soil Conservation Service (SCS), 1970 didalam
Keller and Bliesner, 1990
Tabel 2
Deplesi lengas yang direkomendasikan (p)
Deplesi (p)
(%)
|
Kedalaman
Akar
|
25 –40
|
Tanaman dengan perakaran dangkal
(< 0,8 m)
|
40 – 50
|
Tanaman dengan perakaran sedang
(0,8 m – 1,5 m)
|
50
|
Tanaman dengan perakaran dalam
(> 1,5 m)
|
Sumber : Keller and Bliesner, 1990
Banyaknya air irigasi yang
diberikan ditentukan:
-
berdasarkan kemampuan tanah memegang air à yang menunjukkan jumlah air tanah tersedia untuk tanaman
-
serta penyerapan air oleh
tanaman
-
jumlah air tanah tersedia
Ø selisih
antara kapasitas lapang dengan titik layu permanen.
Ø Air
irigasi harus segera diberikan sebelum kadar air tanah mencapai titik layu
permanen, yang disebut dengan deplesi lengas yang direkomendasikan. Nilai deplesi (p) yang
direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 3
Kedalaman akar efektif
beberapa jenis tanaman
Tanaman
|
Kedalaman akar (m)
|
Tanaman
|
Kedalaman akar (m)
|
Alfalfa
|
1,2 – 1,8
|
Salada
|
0,2 – 0,5
|
Almond
|
0,6 – 1,2
|
Lucerne
|
1,2 – 1,8
|
Apel
|
0,8 – 1,2
|
Oat
|
0,6 – 1,1
|
Aprikot
|
1,6 – 1,4
|
Zaitun
|
0,9 – 1,5
|
Artichole
|
0,6 – 0,9
|
Bawang
|
0,3 – 0,6
|
Asparagus
|
1,2 – 1,8
|
Parsnip (sejenis wortel)
|
0,6 – 0,9
|
Alpukat
|
0,6 – 0,9
|
Buah passion
|
0,3 – 0,5
|
Pisang
|
0,3 – 0,6
|
Rumput
|
0,3 – 0,8
|
Barley
|
0,9 – 1,1
|
Kacang polong
|
0,4 – 0,8
|
Buncis (kering)
|
0,6 – 1,2
|
Persik
|
0,6 – 1,2
|
Buncis (hijau)
|
0,5 - 0,9
|
Kacang tanah
|
0,4 – 0,8
|
Buncis besar
|
0,6 – 1,2
|
Pir
|
0,6 – 1,2
|
Beet (gula)
|
0,6 – 1,2
|
Lada
|
0,6 – 0,9
|
Beet
|
0,4 – 0,6
|
Plum
|
0,6 – 1,2
|
Berries
|
0,6 – 1,2
|
Kentang
|
0,6 – 0,9
|
Brokoli
|
0,6
|
Ubi
|
0,6 – 0,9
|
Brussels sprout
|
0,6
|
Labu
|
0,9 – 1,2
|
Kubis
|
0,6
|
Lobak
|
0,3
|
Belewah
|
0,6 – 1,2
|
Safflower
|
0,9 – 1,5
|
Wortel
|
0,4 – 0,6
|
Sorgum
|
0,6 – 0,9
|
Cauliflower
|
0,6
|
Sorgum (silase)
|
0,9 – 1,2
|
Seledri
|
0,6
|
Kedelai
|
0,6 – 0,9
|
Chard (sejenis lobak)
|
0,6 – 0,9
|
Bayam
|
0,4 – 0,6
|
Ceri
|
0,8 – 1,2
|
Squash
|
0,6 – 0,9
|
Jeruk
|
0,9 – 1,5
|
Strawberi
|
0,3 – 0,5
|
Kopi
|
0,9 – 1,5
|
Tebu
|
0,5 – 1,1
|
Jagung (biji)
|
0,6 – 1,2
|
Rumput sudan
|
0,9 – 1,2
|
Jagung (manis)
|
0,4 – 0,6
|
Tembakau
|
0,6 – 1,2
|
Kapas
|
0,6 – 1,8
|
Tomat
|
0,6 – 1,2
|
Mentimun
|
0,4 – 0,6
|
Turnit (semacam lobak)
|
0,5 – 0,8
|
Terong
|
0,8
|
Walnut
|
1,7 – 2,4
|
Rami
|
0,6 – 0,9
|
Semangka
|
0,6 – 0,9
|
Anggur
|
0,5 – 1,2
|
Gandum
|
0,8 – 1,1
|
Ara
|
0,9
|
|
|
Sumber: Keller and Bliesner, 1990
Evapotranspirasi tanaman adalah evapotranspirasi acuan dikalikan
dengan koefisien tanaman yang dirumuskan
sebagai berikut:
ETc = ETo
x Kc (1)
Keterangan:
ETc
adalah evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Kc
adalah koefisien tanaman
Perhitungan ETo dapat dilakukan
dengan metode Hargreaves-Samani, Hamon, Priesttley-Taylor, Makkink, Turc, Penman–Monteith
dan Blaney-Criddle atau menggunakan software Cropwat dan ETo dari FAO.
Perhitungan Eto didapat dari:
•
Data
klimatologi yang berupa curah
hujan, suhu, angin (arah, kecepatan), lama penyinaran. Kelembaban, dll
•
Data
rencana komoditas yang akan dibudidayakan.
Contoh:
Perhitungan kebutuhan air ETcrop , dengan metode Blaney-Criddle, pada tanaman jagung yang terletak pada
: 70 30’ LS
Data
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
|
1
|
temperatur rata-rata (t)
|
28.30
|
28.50
|
28.00
|
27.50
|
2
|
% penyinaran matahari
|
80.12
|
85.26
|
79.96
|
87.24
|
3
|
Koefisient tanaman (kc)
|
1.05
|
1.20
|
1.30
|
1.10
|
Perhitungan
|
|||||
kt = kc x kt
|
|||||
4
|
kt = 0,0311.t + 0,240
|
1.12
|
1.13
|
1.11
|
1.10
|
5
|
3 x 4
|
1.18
|
1.35
|
1.44
|
1.20
|
Eto = P (45,7. t + 813): 100
|
|||||
6
|
(45,7. t + 813): 100
|
21.06
|
21.15
|
20.93
|
20.70
|
7
|
2 x 6
|
1687.58
|
1803.63
|
1673.24
|
1805.65
|
|
Et crop = k x Eto
|
|
|
|
|
8
|
5 x 7 mm/bln
|
1984.82
|
2437.83
|
2416.23
|
2175.40
|
|
mm/hari
|
66.16
|
78.64
|
80.54
|
70.17
|
Selain ETc besarnya kebutuhan air tanaman dipengaruhi pula dengan curah
hujan, apabila intensitas hujan terlalu
kecil dan tidak dapat
membasahi tanah maka diabaikan atau dianggap nol. Curah hujan efektif (Re) untuk irigasi tanaman non
padi dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Kebutuhan
irigasi (Irrigation
Requirement) yaitu air yang digunakan tanaman
(evapotranspirasi) dikurangi dengan curah hujan efektif, yang diformulasikan
sebagai berikut:
IR = ETc - Re (2)
Keterangan:
IR adalah kebutuhan irigasi
(mm/hari)
ETc adalah evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Re adalah curah hujan efektif (mm/hari)
Untuk sawah dengan genangan:
IR = S + ET c + p - Re
S =
pengolahan tanah
P =
perkolasi/ peresapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar